Articles

Investasi Mulai dari 0

Belakangan ini minat masyarakat untuk berinvestasi semakin tinggi. Hal ini dibuktikan oleh tercatatnya 2 juta investor di pasar modal. Bahkan ada 4 juta investor di bursa berjangka yang saat ini aktif melakukan jual-beli aset kripto. Maka, saya pun perlu meralat, bukan minat investasi yang semakin tinggi, melainkan minat cepat kaya yang mungkin lebih tinggi lagi. Padahal, perlu dipahami bahwa investasi yang baik itu berbeda dengan berspekulasi. Oleh sebab itu, beberapa tulisan kedepan akan saya dedikasikan untuk mengajak pembaca kembali belajar investasi mulai dari nol. 

Hal pertama yang sebaiknya dipahami alasan mengapa seseorang berinvestasi dan untuk jangka waktu berapa lama. Secara umum, investasi diperlukan karena adanya kenaikan harga atau dikenal dengan istilah tingkat inflasi. Dengan demikian, seseorang sebaiknya mencari alternatif produk investasi yang imbal hasilnya secara konsisten dapat melebihi tingkat inflasi. Sebagai contoh, sepanjang tahun 2020, tingkat inflasi di Indonesia berdasarkan BPS adalah 1,68 persen. Sehingga, investasi yang memberikan hasil baik adalah apabila memberikan imbal hasil diatas 1,68 persen.

Hal kedua adalah memahami apa saja risiko investasi yang menyertai suatu pilihan produk tertentu. Secara umum, masyarakat paling khawatir apabila investasi yang dimilikinya mengalami risiko fluktuasi harga dalam jangka pendek karena merasa nilai asetnya anjlok. Padahal, statistik juga membuktikan bahwa untuk jenis investasi tertentu seperti saham yang berfundamental baik, meski pun mengalami penurunan dalam jangka pendek, tetapi dalam 10 tahun, tetap memberikan hasil yang positif.

Risiko berikutnya yang sangat dikhawatirkan adalah risiko gagal bayar atas modal awal investasi. Hal ini contohnya adalah berinvestasi dalam bentuk modal usaha yang kemudian gagal dan tak sepeser pun modal awal dapat kembali. Apabila profil risiko seorang investor tergolong konservatif hingga moderat, maka kemungkinan besar tidak terlalu sanggup menghadapi 2 risiko yang disebutkan sebelumnya.

Hal ketiga adalah bagaimana menyisihkan dana untuk berinvestasi. Sumber dana untuk investasi umumnya berasal dari pemasukan yaitu gaji bulanan, tambahah penghasilan, hingga keuntungan dagang. Target penyisihan dana secara umum adalah 10% dari berbagai pemasukan tersebut untuk investasi masa depan. Selain itu, calon investor juga bisa memanfaatkan pengelolaan aset yang sudah ada, dijual lalu ditempatkan di aset investasi yang lebih sesuai dengan tujuan dan profil risikonya. Sebagai contoh, aset tanah yang sudah 20 tahun menganggur memiliki opsi dijual kemudian ditempatkan di produk obligasi dengan tujuan memberikan penghasilan pasif setiap bulan.

Hal keempat adalah kapan target dana investasi akan dicairkan untuk digunakan. Secara umum, investor akan menggunakan hasil investasi dalam 1 hingga 2 tahun kedepan atau jangka pendek, dalam 2 hingga 5 tahun kedepan atau jangka menengah, atau diatasnya atau jangka panjang. Pahami bahwa setiap aset investasi akan memberikan matriks potensi keuntungan dan risiko yang berbeda. Secara umum, semakin panjang durasi berinvestasi atau jangka waktunya, maka investor perlu untuk menempatkan dana di aset investasi yang berpotensi memberikan hasil lebih tinggi. Lalu, apabila belum pernah berinvestasi, maka darimana mulainya?

Tahap pertama, produk perbankan dan emas. Pintu masuk pertama sebenarnya produk perbankan yang dapat dipertimbangkan adalah deposito. Deposito memberikan kepastian hasil yang telah dijanjikan saat menyetorkan modal awal. Saat ini, aset yang disimpan dalam produk perbankan termasuk deposito mendapatkan penjaminan dari Lembaga Penjaminan Simpanan atau LPS. Sedangkan, emas batangan adalah produk yang sangat dikenal oleh banyak orang sehingga mudah untuk dipahami.

Tahap kedua, Surat Berharga Negara (SBN) Ritel. Salah satu produk investasi yang dapat dipilih adalah SBN Ritel yang diterbitkan dan dijamin oleh Pemerintah Republik Indonesia. Selain aman karena dijamin oleh pemerintah, SBN juga terjangkau dan menguntungkan. Selain itu tentunya kita dapat ikut berpartisipasi membantu negara dalam pembiayaan dan pembangunan. Saat ini, secara garis besar ada 2 jenis SBN Ritel yang ditawarkan oleh pemerintah, yaitu Surat Utang Negara dan Surat Berharga Negara Syariah.

Jenis SBN Ritel pertama adalah Surat Utang Negara (SUN) Ritel yang ditawarkan dengan nama Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Savings Bond Ritel (SBR). Selain itu pemerintah juga menawarkan SBN Ritel berprinsip syariah yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang ditawarkan dengan nama Sukuk Ritel (SR) dan Sukuk Tabungan (ST).

Tahap berikutnya adalah investasi di pasar modal. Bagi para pemula sangat disarankan untuk mulai masuk dari produk reksa dana. Alasannya karena produk ini dikelola oleh Manajer Investasi, sehingga bagi para awam akan mudah mempelajari dan memilih reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasinya. Lantas, jika sudah berinvestasi selama 1 tahun di reksa dana, maka bisa naik kelas dengan membeli saham secara langsung.

Terakhir, barulah memasuki ranah pilihan aset investasi yang lebih berisiko tinggi seperti pendanaan fintech lending, aset digital seperti aset kripto, dan lainnya. Khusus untuk aset kripto, opsi berinvestasi ini memiliki potensi risiko yang sangat tinggi bahkan cenderung spekulatif. Sehingga calon investor sangat perlu berhati-hati. Live a Beautiful Life!

Tuliskan Komentar

MORE INSIGHT DAN INSPIRATION

ZAPFin Resources

Articles Masalah Keuangan Fresh Graduate
2021-08-24 09:30
Masalah Keuangan Fresh Graduate
Selengkapnya
Articles Investasi dan Risikonya
2021-08-22 10:00
Investasi dan Risikonya
Selengkapnya
Articles Pengeluaran-pengeluaran yang Menjadi Bocor Halus bagi Newly-Wed
2021-08-15 09:30
Pengeluaran-pengeluaran yang Menjadi Bocor Halus bagi Newly-Wed
Selengkapnya